Rabu, 19 Agustus 2015

KEPRIBADIAN ORGANISASI

Beberapa waktu lalu di berbagai jejaring sosial, kita menyaksikan wajah-wajah gembira peserta reuni akbar sebuah bank internasional terbesar. Meskipun banyak di antara peserta reuni tersebut mungkin bahkan sudah bekerja di bank lain yang notabene merupakan kompetitornya, namun masih terbersit rasa cinta terhadap organisasi yang membesarkannya itu. 

Momentum reuni bisa jadi disamakan dengan cinta lama bersemi kembali (CLBK). Kita banyak merasa adanya ikatan emosional dan tidak tahu penyebab yang membuat kita tidak bisa melupakan institusi tersebut, lepas dari alasan yang membuat sesorang harus meninggalkan organisasinya; yang bisa karena hubungan yang sudah tidak harmonis lagi, bisa karena kebutuhan untuk mencari tantangan yang lebih besar, bisa karena alasan keluarga maupun alasan-alasan lainnya. 

Sangat terasa adanya hubungan emosional antara organisasi dengan individu sehingga pada akhirnya hubungan ini seperti hubungan antara dua individu yang saling merindu. Jadi, bukan individu saja yang berkepribadian. Organisasipun bisa berkepribadian bahkan bisa dipersonifikasikan.

Ada teman yang bercerita bahwa ia sulit sekali menghilangkan rasa rindu dari organisasi yang ditinggalkannya sampai sering duduk di kafe depan kantor tersebut sekedar untuk memandang dari jauh dan mengingat rasa ketika ia masih menjadi bagian penting dari organisasi. Ada pula yang selalu meng-updatekabar apapun yang terjadi di kantor tersebut baik situasi, pekerjaan maupun kabar individu-individu di dalamnya. Ada yang berinisiatif untuk temu kangen rutin, sekedar melepas rindu. 

Apa sebetulnya yang dirindukan dari suatu organisasi? Gareth Morgan, Arie de Geus, Peter Senge, Meg Wheatley dan masih banyak penulis manajemen berkeyakinan, “organizations are not machines; they are as unpredictable, unruly, self-organizing, and even sentient as any living beings”. Karena organisasi ini hidup seperti halnya manusia, maka banyak hal , khususnya yang  rutin dan teratur terjadi di situ akan membuat kita merindukannya. Misalnya saja suka duka berhadapan dengan pelanggan sulit, diskusi dan bergadang hingga tengah malam untuk memenuhi permintaan klien yang ajaib, atau sekedar kebiasaan berebut oleh-oleh manakala ada yang datang dari luar kota bisa menjadi sebuah  kekuatan emosional organisasi. 

Dari sinilah kita melihat bahwa banyak hal yang bisa menguatkan dan memberi warna suatu organisasi, di balik sekedar struktur organisasi, prosedur, aturan perusahaan dan deskripsi tugas. Bagaimanapun juga, organisasi bisa berfungsi layaknya orang tua, yang mengolah, membentuk dan menempa kepribadian individu-individu di dalamnya dan terus dibawanya meskipun ia sudah tidak lagi berada di organisasi tersebut. Jadi, kepribadian organisasi itu nyata adanya, meskipun tidak teraga dan kemudian bisa membentuk tingkah laku seperti kerja keras, pantang menyerah, berpikir kreatif dan beragam keyakinan positif orang-orang di dalamnya. 

Kepribadian organisasi = cara bereaksi 

Saya pernah bertanya pada seseorang mengenai kesan pertamanya ketika ia baru memasuki suatu organisasi. Ia berkesan, bahwa hal yang khas adalah bahwa hampir semua orang dalam organisasi ini gigih melaksanakan pekerjaannya, gembira dan bersemangat. Mungkin bila diteliti lebih lanjut, tidak ada hal hakiki yang membuatnya unik. Tidak ada training motivasi rutin yang dijalankan. “Culture is how organizations 'do things’,” kata Robbie Katanga seorang ahli dalam budaya organisasi. 

Bukan karena doktrin-doktrin yang disuntikkan melalui beragam slogan, bukan karena training motivasi meriah di hotel mewah. Insentif materi yang dianggap sebagai kunci sukses penumbuh motivasi seringkali hanya menimbulkan lonjakan sesaat saja. Bisa jadi semangat dalam melihat kesulitan sebagai tantangan  justru yang menjadi virus positif dalam organisasi.

Mekanisme "self healing"

Kita sering lupa, dalam suatu organisasi, ada mekanisme otomatis yang  tidak disadari oleh kita-kita di dalamnya dan justru memiliki penularan yang sangat kuat. Mekanisme inilah yang perlu kita jaga dan pelihara. Apakah itu sistem pemberian feedback yang menarik dan menyenangkan. Apakah itu buddy system yang selalu menawarkan pertolongan bagi individu yang mengalami kesulitan. Atau bahkan metode coaching dan mentoring intensif yang membuat setiap individu merasa sangat terayomi bekerja di organisasi itu. 

“Fun” di sela-sela kegiatan dan waktu yang terbatas seperti olahraga bersama, sering membuat tim menjadi lebih terinspirasi giat. Oleh karena itu, organisasi perlu melihat gejala apa sebenarnya yang sedang menular? Hal positif apa yang bisa membuat individu di dalamnya saling tular menular? 

Kesamaan reaksi inilah yang dapat menjadi perekat organisasi dan menumbuhkan shared values di dalam individu. Dalam kondisi ini kita bisa menyaksikan bahwa organisasi yang mempunyai kepribadian kuat dan berpengaruh dapat sekaligus berfungsi bagaikan sistem imun sehingga organisasi mampu mengatasi beberapa kesulitan dan bertahan dalam situasi sulit. Yang jelas, tidak ada kambing hitam atau obat cespleng dalam menguatkan kepribadian organisasi. Organisasi perlu menjaga mekanisme self healing nya secara mandiri. 

DWS 19/08/2015

EXPERD CHARACTER BUILDING TRAINING

Selasa, 18 Agustus 2015

Donor Darah Kemerdekaan

Dalam rangka hari kemerdekaan Republik Indonesia. Lions Club Bali Surya Host, Indo Pajero Community Bali Chapter dan Palang Merah Indonesia serta beberapa sponsor mengadakan bakti sosial donor darah. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 15 Agustus 2015, sore hari. Tempat acara adalah di sekitar lapangan Bajra Sandhi, Denpasar. 

Banyak masyarakat umum ikut terlibat, bukan saja komunitas tertentu. Ada beberapa pendonor masih pemula, jadi harus diberi pengetahuan lebih tentang donor darah. Tetapi mereka antusias sekali ingin ikut terlibat dalam acara ini. Cukup banyak kantung barah yg dapat dikumpulkan dalam acara selama kira-kira 3 jam berlangsung.
Indo Pajero Community cabang Bali, menyiapkan helm standar SNI, sebagai doorprize. Salah satu tujuannya adalah membantu pemerintah untuk mengajak masyarakat taat berkendara saat di jalanan.
Pada kesempatan ini terkumpul sebanyak 42 kantong darah. Kami berharap bahwa setetes darah kita dapat membantu nyawa sesama.

Jumat, 31 Juli 2015

Tahun Ajaran Baru

Beberapa bulan yang lalu, Lions Club Bali Surya Host telah melakukan kontak dengan kepala sekolah, Sekolah Dasar (SD) No. 3, Desa Jehem, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali. Mereka melakukan data untuk persiapan bakti sosial pembagian tas sekolah. Proyek ini terselenggara atas kerjasa dengan Pencil for Kids Inc. dari Amerika Serikat. Total murid yang akan mendapat bantuan sebanyak 137 siswa.

Pada hari Selasa, 28 Juli 2015, 4 anggota Lions Club Bali Surya Host bersama dengan 7 anggota tim Pencil for Kids Inc. berangkat dari Denpasar pagi jam 08:00 ke SD No. 3 Jehem. Perjalanan cukup jauh, dengan waktu tempuh 2 jam dari kota Denpasar. 

Setelah sampai di Bangli, kita melakukan persiapan bersama dengan murid sekolah. mengatur meja untuk ditumpuk tas-tas sekolah yang telah disiapkan. Didalam tas tersebut sudah tersedia peralatan sekolah termasuk buku gambar & pensil warna untuk masing-masing murid. 


Disamping alat tulis mereka juga menyiapkan gelang persahabatan (frendship loom bracelets) yang dibuat oleh murid-murid Amerika dan diserahkan oleh Common anak dari anggota Pencil for Kids yang sekarang berumur 11 tahun yang ikut baksos pada kesempatan itu. 


Setelah melakukan registrasi ulang, para siswa akan mendapatkan gelang satu persatu dan mereka dipersilahkan memilih warna tas yang mereka suka. Setelah  itu dipakaikan ke masing-masing anak dan mereka menerima dengan sukacita. Kepala sekolah menyambut mereka, berterimakasih dan berharap agar acara ini dapat berlangsung berkesinambungan setiap tahunnya.